Penis hijau dan penis merah

0 comments

Temukan kami di Facebook
Ketika angin yang dingin itu berhembus, kulit pria yang ditumbuhi oleh bulu-bulu itu pun tampak bersinar dengan terang menggambarkan dengan jelas lekuk-lekuk kejantanannya. Dengan perlahan-lahan tetapi pasti dia mulai menancapkan batang penisnya yang kokoh ke dalam lubang vagina teman tidurnya. Tentu saja wanita itu mengerang dengan halus karena si pria dengan begitu pandainya memasukkan dan mengeluarkan kembali penisnya secara perlahan-lahan dan itu mengundang setitik demi setitik rasa nikmat yang tiada tara.

Karena terlalu lambat dalam menggerakkan pinggulnya, si wanita pun mendorong tubuhnya ke arah depan mengimbangi gerakan tubuh si pria yang menurutnya sangat lambat.

"Astaga, Sayang! Sungguh permainan yang seimbang dan ini sungguh mendatangkan rasa nikmat yang tiada tara. Gila..! Nikmat sekali..!" kata si wanita di sela-sela rasa kenikmatan yang menderanya.

Makin lama gerakan pinggul si pria semakin cepat dan semakin cepat. Si wanita berteriak histeris karena dia telah mencapai orgasme yang disertai dengan sperma si pria yang berhamburan di mana seperti pistol air yang ditembakkan. Crot! Crot! Terdengar lenguhan si pria yang menanda berakhirnya permainan seks itu.

Kedua artis porno itu turun dari ranjang begitu sutradara mengatakan, "Cut!"

*****

"Aku Violito Erdiwan. Aku selalu menghabiskan sebagian besar waktuku untuk bermain film porno yang diambil secara ilegal. Di sisi lain aku juga bekerja sebagai manager personalia yang cekatan. Aku lebih suka pekerjaanku sebagai bintang film porno daripada sebagai seorang manager. Aku bisa menghasilkan uang yang lebih banyak di bidang ini. Aku harus mengumpulkan uang yang banyak supaya aku bisa menemukan kembali adikku yang hilang puluhan tahun yang lalu,"

Violito mengenakan kembali celana dalamnya yang berwarna merah tua. Saat dia hendak mengenakan singletnya, artis wanita tadi masuk ke dalam kamar mandi itu. Dia tidak berkata apa-apa tetapi dia hanya duduk di atas wastafel sambil membuka kedua pahanya lebar-lebar mempertontonkannya lubang kenikmatannya yang menggoda selera. Violito tidak jadi mengenakan singletnya tetapi dia terus memandang liang kenikmatan itu dengan bayangan betapa nikmatnya apabila dia bisa menjilat lubang itu.

Wanita itu meremas-remas batang kemaluan Violito yang sudah menegang.

"Aahh..!! Aahh..!!" lenguhan Violito makin lama makin tak tertahankan.

Dia baru saja melakukan satu adegan tadi dan kini gairahnya naik lagi. Tanpa banyak berkata lagi. Dia langsung menanggalkan celana dalamnya dan menghujamkan penisnya ke lubang vagina wanita itu.

Gerakan memompa pun dimulai dan si wanita dibuat kewalahan oleh gairah Violito yang memuncak. Tak lama kemudian, si wanita mencapai orgasme dan setetes cairan ejakulasi menetes dari liang kemaluannya yang masih digesek oleh kulit penis Violito yang kekar. Si wanita bermaksud menyuruh Violito untuk berhenti sebentar tetapi gairah dan nafsu Violito yang meledak sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Dia terus saja menusuk dan menusuk. Setelah dia tidak mampu mempertahankan bentengnya, dia baru menusuk dengan kecepatan yang lebih rendah. Dia tidak mengeluarkan penisnya tetapi dia terus menusuk dan akhirnya spermannya berhamburan di dalam lubang kemaluan si wanita.

Si wanita lemas tak bertenaga duduk di atas wastafel itu. Violito melemparkan sebutir pil kepadanya.

"Minum ini. Aku takkan mempertanggungjawabkan gairahku yang hanya sesaat itu,"

Setelah mengenakan pakaiannya, Violito keluar dari kamar mandi.

"Beginilah aku. Gairahku sangat besar padahal aku baru berumur 21 tahun. Tetapi, di sisi lain aku memiliki otak yang cemerlang sehingga aku bisa diangkat menjadi manager personalia di kantor. Aku memang nakal kalau menyangkut hubungan seks. Rata-rata pegawai wanita muda yang bekerja di perusahaan itu telah merelakan vagina mereka menjadi santapan penisku. Setelah melewati penisku, mereka baru bisa bekerja di perusahaan itu. Namun, sekarang yang sangat kuinginkan adalah mencari kembali adikku yang hilang."

"Keluarga kami adalah keluarga yang sangat mengerikan. Ayahku adalah gigolo yang saat itu adalah gigolo yang paling terkenal karena dia memiliki penis yang terpanjang di lingkungan tempat kami tinggal. Dia sudah melayani lebih dari seratus janda-janda dan wanita-wanita tua yang kesepian. Kekayaannya jauh melebihi kekayaan yang sudah kukumpulkan hingga sekarang."

"Ibuku adalah pelacur kelas tinggi yang selalu melayani nafsu para pejabat-pejabat tinggi dan pegawai negara dan kekayaan ibuku juga tidak kalah banyak dari kekayaan ayahku. Dari kedua orang inilah lahirlah aku dan adikku. Kami terlahir ke dunia ini dengan membawa satu keanehan. Bahkan, dokter pun tidak bisa memberikan penjelasan mengapa hal itu bisa terjadi pada diri kami berdua. Namun, ayahku menganggapnya sebagai suatu keajaiban dan dia menerka aku dan adikku pasti akan lebih hebat daripada dirinya nanti. Penisku tidak seperti penis kebanyakan pria pada umumnya. Penisku berwarna hijau muda. Untuk itulah di tempat pengambilan film porno itu banyak yang memanggilku dengan sebutan Penis Hijau."

"Penis adikku memiliki warna yang jauh lebih unik. Penisnya berwarna putih. Penisnya sangat putih dan bersih tetapi penis itu kokoh, mampu mendatangkan kenikmatan yang tiada tara. Aku sendiri pernah melihatnya bercumbu dengan pacarnya ketika dia berumur 15 tahun. Pacarnya sendiri mengatakan dia tidak menyesal menyerahkan keperawanannya kepada Virginio (nama adikku) karena Virginio telah memberikan kenikmatan yang luar biasa kepada vaginanya yang haus akan sperma dan penis yang perkasa."

"Namun, Ayah dan ibuku mati muda karena terjangkit virus HIV. Keluarga kami terpecah belah. Karena kondisi ekonomi keluarga aku dan Virginio terpaksa berpisah. Sekarang setelah mengumpulkan banyak uang aku akan mencarinya dan kami akan berkumpul kembali"

*****

Violito masuk ke dalam sebuah kamar. Dia mendapati temannya, Freddy Natsim sedang menusuk-nusuk lubang vagina kekasihnya yang kesepuluh, Monica Duarsa. Monica berteriak-teriak penuh rasa nikmat.

"Tidak..!! Freddy! Lebih dalam lagi.. Oh..!!"

Freddy membalikkan badan Monica dan dia menusuk-nusuk vagina kekasihnya itu dengan lebih cepat lagi. Dia ingin segara mengeluarkan spermanya dan melampiaskan gairahnya yang sudah tak terbendung lagi.

"Aku sudah mau keluar.. Akan kupercepat gerakannya.."

Crot! Crot! Crot!

Sperma Freddy berhamburan menodai meja dan sofa yang menjadi arena pertandingan mereka. Tetapi, Monica yang belum mencapai puncak kenikmatan terus memaksa Freddy meneruskan goyangannya. Dia menempatkan Freddy di posisi bawah dan dia yang mengambil kendali memompa bergerak naik turun. Freddy mengerjap-ngerjapkan matanya memancarkan kenikmatan yang tiada batas. Sesaat kemudian, Freddy sudah tidak tahan lagi dan air maninya pun berhamburan di dalam liang vagina Monica.

Monica sangat susah mencapai puncak kenikmatan. Violito menanggalkan sendiri pakaiannya. Dia menarik Monica menjauhi Freddy yang sudah kelelahan. Dengan beberapa tusukan yang dahsyat saja Monica langsung mencapai puncak kenikmatan dua kali berturut-turut. Setelah Monica mendapatkan kepuasan, Violito langsung menancapkan penisnya ke dalam mulut Monica dan melakukan gerakan memompa dengan goyangan pinggulnya yang bergerak maju mundur. Terlihatlah penis kekarnya yang berwarna hijau terang masuk dan keluar dari mulut Monica. Akhirnya, sperma dan air mani Violito pun keluar mengotori mulut Monica.

"Aahh!" suara lenguhan Violito keluar bersamaan dengan air maninya yang berhamburan keluar.
"Astaga! Kau hebat sekali, Violito! Lain kali akan kita lanjutkan ya!" kata Monica sambil berpakaian.
"Kalau kau ingin berbincang-bincang dengan Freddy, aku akan segera pergi. Berbicaralah! Sayang! Nanti malam aku akan ke rumahmu,"

Setelah berkata demikian, Monica pun keluar dari kamar itu. Tinggallah Violito dan sahabat baiknya yang telanjang bulat.

"Penismu memang hebat. Kau memang berhak mendapat penghargaan atas gairahmu yang meledak-ledak dan penismu yang kokoh, Penis Hijau," kata Freddy, "Kau berhasil menaklukkan wanita yang seagresif Monica. Terus terang saja, aku mulai menyesal memilihnya menjadi pacarkku yang ke-10. Ngomong-ngomong, aku sudah menemukan keberadaan adikmu, Virginio,"
"Apa??" kata Violito spontan, "Secepat itu? Di mana dia sekarang? Bagaimana kehidupannya?"
"Sebaiknya.. Sebaiknya kau lupakan saja dia. Aku memberimu saran seperti ini bukan karena aku ingin menjauhkanmu dari adikmu tetapi saat aku berbicara dengannya aku tahu dia tidak sama seperti dulu lagi. Lima tahun berpisah telah membuat jarak di antara kalian semakin jauh dan hubungan persaudaraan kalian semakin jauh," kata Freddy sambil mengenakan celana dalamnya.

Dia merebahkan dirinya di sofa.

"Apa maksudmu?" tanya Violito yang sudah berpakaian lengkap.
"Kemarin setelah menemukannya aku sempat berbicara dengannya. Dia sangat membenciku dan dia bilang dia menyesal pernah berteman denganku. Dia menyesal pernah berteman dengan orang yang sekotor diriku, hanya bisa mengandalkan penisku untuk bermain film porno mencari uang. Kau lebih hebat dariku dan filmmu lebih banyak dariku. Apa kau pikir dia mau menerimamu sebagai kakaknya? Dia sudah jauh berubah. Ketika aku melihat seorang anak kecil memanggilnya dengan sebutan Papa, pertahananku langsung runtuh. Virginio sudah berubah,"
"Tidak! Aku tidak percaya dia bisa berubah sedrastis itu. Dia adalah Penis Putih. Dia adikku. Mengapa dia bisa sampai membenciku? Tidak..! Aku tidak percaya sebelum aku sendiri yang berbicara empat mata dengannya,"

*****

"Hidupku sangat bahagia sekarang ini. Kebahagiaan yang kurasakan sekarang mempunyai arti yang sangat berbeda dengan kehidupan kita dulu. Kau tahu khan apa yang kumaksud?" tanya Virginio dengan tatapan matanya yang tenang.

Violito sangat kecewa dengan sikap Virginio yang ditunjukkan oleh adiknya itu terhadapnya.

"Mengapa kau bisa berubah sedrastis ini, Virginio? Aku telah mengorbankan banyak hal agar aku bisa mengumpulkan banyak uang dan membiayai kehidupan kita berdua. Kau tidak akan mencampakkan diriku dan semua pengorbananku bukan?" tanya Violito terus terang.

Mendengar itu, Virginio melebarkan kelopak matanya. Dia menarik tangan kakaknya dan membawa kakaknya ke kamar mandi. Di sana dia menanggalkan celananya sendiri dan kemudian menanggalkan celana dalam kakaknya. Violito tentu saja terkejut. Belum sempat dia berbicara, adiknya sudah menancapkan batang penisnya ke dalam liang anusnya. Violito hanya bisa mengerang-erang halus penuh rasa nikmat menerima serangan tusukan yang bertubi-tubi itu.

"Aahh..!! Nikmat sekali, Adikku Sayang! Teruskan!!"

Goyangan itu makin lama makin kencang sampai-sampai cermin besar yang ada di hadapan mereka juga bergetar.

Crot! Crot! Crot!

Akhirnya dengan penuh nafsu Virginio mengeluarkan air maninya dan air mani itu mengotori wajah kakaknya. Dia pun mengenakan celananya kembali.

"Lihat dirimu sendiri di depan cermin!" hardik Virginio, "Aku bahkan jijik melakukan hal itu dengan Kakak kandungku sendiri. Tetapi, kau malah mengatakan bahwa hal itu adalah hal yang bisa mendatangkan kenikmatan dan kita harus meneruskannya. Aku sudah berubah. Aku takkan merendahkan diriku dengan mengakui orang sepertimu sebagai kakakku. Lima tahun ini telah membuka mataku bahwa jalan hidup yang pernah kulalui sebelumnya sangatlah tidak berharga."
"Kau mau supaya aku menerima semua pengorbananmu bukan? Anggap saja hubungan seks ini sebagai tanda penghargaan dariku. Jangan pernah mencariku lagi sebelum kau berubah!"

Virginio berlalu dengan wajah yang penuh dengan kekesalan. Dia keluar dari kamar mandi meninggalkan Violito yang diam-diam meneteskan air mata di lantai kamar mandi itu. Dia merasa dirinya sangat terhina. Timbullah sebersit rasa benci terhadap dirinya sendiri. Semua kenangan yang pernah dialaminya mendadak berubah menjadi sebuah lembaran penyesalan yang menghantuinya.

"Inilah balasan yang kudapatkan? Sekarang aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.."

Air mata Violito terus mengalir tanpa henti.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Penis hijau dan penis merah"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald